Posted in :)

Tuna-kesempatan

Tidak ada yang spesial dengan malam minggu. Sampai hari ini menurutku tidak ada hari khusus berlibur yang digunakan banyak pasangan untuk ‘ritual’. Aku justru menyukai malam sabtu karena dua hari ke depan aku bisa berleha-leha. Tapi itu dulu, ketika masih aktif berkuliah :D.
Malam ini, 3 Mei 2014, malam yang tidak kusangka-sangka pernah datang. Harusnya, setelah ketiduran sore tadi karena kelelahan, aku bangun dengan segar saat gelap dan siap memenuhi janji dengan teman berwisata kopi di warkop baru. Ada notifikasi pesan bbm, aku membukanya, seperti biasa, broadcast. Ikon updates kubuka untuk melihat-lihat update-an teman, kali saja ada yang menarik. Postingan teratas milik sepupuku, Ade, berisi ucapan belasungkawa dan display picture yang diganti dengan foto almarhum. “Muhammad Avdal Mahpud”, nama almarhum. Aku tidak ingin meyakinkan diri bahwa itu adalah dia. Aku menatap foto itu, lamat-lamat. Ah, pasti bukan dia, kan kami belum sempat ketemu, masa iya, ketemunya lewat foto, jangan bercanda. 12 tahun loh kita tidak bertemu. Akhirnya aku tidak bisa menolak setelah sesuatu seperti menusuk dada hingga tembus ke punggung meyakinkan aku: sesak, aku melihat wajah ayahnya dalam foto itu. Itu memang Avdal.

Ya, Tuhan, pada bagian mana yang harus kusesalkan? Apa yang telah kulewatkan? Berapa pertanyaan yang sama yang aku ajukan tentang dia? Sejak aku meninggalkan kota ini 12 tahun yang lalu, bukankah dia tetap ada di ingatanku? Bukankah kondisi yang memaksaku untuk tidak begitu berusaha bertemu kembali dengannya?
Apa dia dan aku harus memiliki kenangan yang amat indah dan janji bertemu kembali untuk pantas dipertemukan di masa yang akan datang?
Apakah pertanyaan mencarinya tidak serius bagiMu, hingga jawaban yang Engkau berikan seperti ini? Oh, tidak, jawabanMu serius, Tuhan, pulangnya ia padaMu adalah keseriusanmu. Aku harus paham itu.

Malam macam apa ini. Mood-ku melemah. Lagu All of Me-nya John Legend mendadak menyedihkan. Aku tetiba buta lirik, alunan musiknya benar-benar menyayat hati. Mata semakin panas dan geram tak mampu menahan airnya. Tumpah. Perasaan macam apa ini? Bukankah Avdal dan aku lama tidak bertemu? Haruskah aku sesedih ini yang hanya  bermodalkan Chemistry masa kecil?
Aku masih tidak percaya. Aku tidak ingin percaya.
Fany menagih janjinya, aku terpaksa pergi dengan mood redup dan wajah beralaskan air mata yang mengering, lengket.
Bakso andalan tidak begitu memuaskan. Wisata kopi tidak berhasil, selalu saja pesananku keliru, takaran gula yang tidak pas, cake yang tidak bersahabat di tenggorokan, semua jadi eneg. I hated anything I like. Belum lagi table manner yang tidak sengaja berisik dan mengundang semua-mata-tertuju-padaku. Betapa…

Pulang ke kosan, tidak ada waktu untuk melebarkan senyum dan menampakan sebutir gigipun. Aku kembali tidak bisa tidur sepanjang malam, usaha tidur lebih awal selama seminggu gagal lagi.
Aku masih tidak percaya, perasaan macam apa ini? Tiba di kosan hingga matahari pagi memerah di langit tangis tak berjeda, mencari jejak-jejak sejarah kepergiannya.
Aku tidak percaya, betapa kesempatan memang tidak pernah termiliki. Kesempatan yang tidak akan pernah kulihat, kudengar, kuraba, bahkan kurasakan, bahkan peluang untuk memiliki kesempatan. Tidak ada.

image
Foto pertama yang kuperhatikan lamat-lamat di display picture Ade, yang kulihat ada wajah ayahmu di sana, kemudian menyadarkan, itu benar-benar Kau.

Posted from Dreamland

Author:

an illustrator wanna be

Leave a comment